Kisah Gadis di Pelosok Aceh Merawat Ibunya yang Lumpuh
Rusdiani (50) terkulai lemas. Tubuhnya mematung tak bisa bergerak. Tatapan matanya kosong, berharap secercah harapan datang membantu.
Di atas rumah berdinding kayu dia menopang hidup, bersama anak semata wayangnya, Lulu Lusiani, yang masih berusia 13 tahun. Keduanya menjalani hari-hari dengan penuh keterbatasan.
Rusdiani mengalami lumpuh. Sehari-hari dia dirawat oleh Lulu. Suami Rusdiani, yang juga ayah Lulu, telah lama meninggal dunia karena kecelakaan saat mencari nafkah.
Kisah keluarga kecil asal Desa Padang Unoi, Kecamatan Salang, Kabupaten Simeulue, Aceh itu cukup memprihatinkan. Pasca-ditinggal sang ayah 13 tahun silam, keduanya hidup serba keterbatasan.
Bahkan untuk biaya kebutuhan sehari, berasal dari hasil patungan warga dan tetangga di desanya. Lulu telah ditinggal oleh sang ayah sejak masih berusia 4 bulan.
Ayahnya yang berprofesi sebagai pekerja buruh serabutan, meninggal dunia karena terjatuh dari pohon kelapa. Sejak saat itu, Rusdiani menjadi kepala keluarga.
Namun semenjak lima tahun terakhir Rusdiani tidak bisa berbuat apa-apa lantaran kondisi kesehatannya semakin menurun. Dirinya hanya bisa berbaring di rumah, sementara untuk biaya sehari-hari Lulu, mengharapkan uang pemberian warga sekitar.
Lulu kini duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saban hari, sebelum dan sesudah pulang sekolah, dia dengan ikhlas menggantikan tanggung jawab sang ibu mengurus pekerjaan rumah.
Kehidupan Lulu tidak sama seperti aktivitas anak-anak seusianya. Lulu tidak pernah merasakan dunia bermain, dia harus merawat dan menjaga sang ibu yang sedang sakit.
“Sebelum berangkat sekolah dia menyiapkan sarapan untuk ibunya. Kemudian juga mencuci baju dan pekerjaan rumah lain yang menjadi tanggung jawabnya,” kata Gusriadin, tetangganya Rusdiani dan Lulu, saat dihubungi kumparan Jumat (15/2).
Untuk membantu biaya kebutuhan sehari-hari, tak jarang Lulu harus mencari uang tambahan dengan membantu mencuci pakaian tetangga. Meski hidup dengan penuh keterbatasan, Lulu merupakan seorang siswa berprestasi di sekolah,
“Alhamdulillah dia anak dengan prestasi baik, saya juga salah seorang gurunya. Dia juga siswa yang mendapat beasiswa dari sekolah,” ujar Gusriadin.
Gusriadin menceritakan, sejak setahun terakhir Rusdiani, kondisinya semakin memprihatinkan. Masyarakat desa, kata Gusriadin, sempat membawanya ke rumah sakit, namun sepulang dari rumah sakit, Rusdiani mengalami lumpuh dan tidak bisa berjalan.
Rusdiani kini berstatus rawat jalan. Karena terbentur biaya dan jarak ke rumah sakit yang cukup jauh dari rumahnya, Rusdiani hanya bisa terbaring berharap kondisi kesehatannya pulih.
“Sejak saat itu keluarga mereka dibantu oleh warga dan tetangga. Sekolah anaknya kebetulan ada dapat beasiswa dari sekolah. Mata pencaharian lain tidak ada. Sejauh ini perangkat desa baru dapat membantu memberikan kursi roda setelah mengajukan permohonan ke dinas sosial kabupaten Simeulue,” kata Gusriadin.
Gusriadin mengatakan masyarakat di desanya tidak tinggal diam melihat kondisi Rusdiani. Berbagai bantuan sudah dikucurkan untuk penghidupan Rusdiani dan Lulu. Namun sayangnya, kondisi Rusdiani dan Lulu belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Kami telah mengajukan bantuan seperti rumah untuk bantuan duafa ke pemerintah tapi sampai hari ini belum ada respons,” ujar Gusriadin. Gusriadin khawatir jika Rusdiana tidak dibantu, akan berdampak pada Lulu.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Provinsi Aceh, Cut Aja Muzita, mengaku sudah berkomunikasi dengan pemerintah Kabupaten Simeulue. Hasil komunikasi itu, kata Muzita, ditemukan bahwa keluarga Rusdiani tidak terdata dalam progran keluarga harapan dan penyaluran bantuan non-tunai.
“Tidak ada dalam bantuan tersebut kemungkinan kuotanya penuh jadi keluarga ini tidak masuk dalam bantuan tersebut. Akan tetapi untuk selanjutnya kita akan berkoordinasi ke pihak dinas sosial setempat bagaimana penanganan selanjutnya, apakah bisa ditangani sendiri atau butuh bantuan provinsi,” ungkapnya.
Muzita juga mengatakan permasalahan ini seharusnya bisa diatasi oleh pemerintah Kabupaten Simeulue. "Kita tidak membiarkan hal ini, sedih ketika ada masyarakat yang mengeluh," ujar dia.
baca sumbernya
Di atas rumah berdinding kayu dia menopang hidup, bersama anak semata wayangnya, Lulu Lusiani, yang masih berusia 13 tahun. Keduanya menjalani hari-hari dengan penuh keterbatasan.
© Disediakan oleh PT. Dynamo Media Network Suasana rumah Lulu Lusiani (13), gadis belia asal Desa Padang Unoi Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue, Aceh. Foto: Dok. Istimewa |
Kisah keluarga kecil asal Desa Padang Unoi, Kecamatan Salang, Kabupaten Simeulue, Aceh itu cukup memprihatinkan. Pasca-ditinggal sang ayah 13 tahun silam, keduanya hidup serba keterbatasan.
Bahkan untuk biaya kebutuhan sehari, berasal dari hasil patungan warga dan tetangga di desanya. Lulu telah ditinggal oleh sang ayah sejak masih berusia 4 bulan.
© Disediakan oleh PT. Dynamo Media Network Suasana rumah Lulu Lusiani (13), gadis belia asal Desa Padang Unoi Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue, Aceh. Foto: Dok. Istimewa |
Ayahnya yang berprofesi sebagai pekerja buruh serabutan, meninggal dunia karena terjatuh dari pohon kelapa. Sejak saat itu, Rusdiani menjadi kepala keluarga.
Namun semenjak lima tahun terakhir Rusdiani tidak bisa berbuat apa-apa lantaran kondisi kesehatannya semakin menurun. Dirinya hanya bisa berbaring di rumah, sementara untuk biaya sehari-hari Lulu, mengharapkan uang pemberian warga sekitar.
Lulu kini duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saban hari, sebelum dan sesudah pulang sekolah, dia dengan ikhlas menggantikan tanggung jawab sang ibu mengurus pekerjaan rumah.
Kehidupan Lulu tidak sama seperti aktivitas anak-anak seusianya. Lulu tidak pernah merasakan dunia bermain, dia harus merawat dan menjaga sang ibu yang sedang sakit.
“Sebelum berangkat sekolah dia menyiapkan sarapan untuk ibunya. Kemudian juga mencuci baju dan pekerjaan rumah lain yang menjadi tanggung jawabnya,” kata Gusriadin, tetangganya Rusdiani dan Lulu, saat dihubungi kumparan Jumat (15/2).
Untuk membantu biaya kebutuhan sehari-hari, tak jarang Lulu harus mencari uang tambahan dengan membantu mencuci pakaian tetangga. Meski hidup dengan penuh keterbatasan, Lulu merupakan seorang siswa berprestasi di sekolah,
“Alhamdulillah dia anak dengan prestasi baik, saya juga salah seorang gurunya. Dia juga siswa yang mendapat beasiswa dari sekolah,” ujar Gusriadin.
© Disediakan oleh PT. Dynamo Media Network Lulu Lusiani (13), gadis belia asal Desa Padang Unoi Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue, Aceh, merawat ibunya yang lumpuh. Foto: Dok. Istimewa |
Rusdiani kini berstatus rawat jalan. Karena terbentur biaya dan jarak ke rumah sakit yang cukup jauh dari rumahnya, Rusdiani hanya bisa terbaring berharap kondisi kesehatannya pulih.
“Sejak saat itu keluarga mereka dibantu oleh warga dan tetangga. Sekolah anaknya kebetulan ada dapat beasiswa dari sekolah. Mata pencaharian lain tidak ada. Sejauh ini perangkat desa baru dapat membantu memberikan kursi roda setelah mengajukan permohonan ke dinas sosial kabupaten Simeulue,” kata Gusriadin.
Gusriadin mengatakan masyarakat di desanya tidak tinggal diam melihat kondisi Rusdiani. Berbagai bantuan sudah dikucurkan untuk penghidupan Rusdiani dan Lulu. Namun sayangnya, kondisi Rusdiani dan Lulu belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Kami telah mengajukan bantuan seperti rumah untuk bantuan duafa ke pemerintah tapi sampai hari ini belum ada respons,” ujar Gusriadin. Gusriadin khawatir jika Rusdiana tidak dibantu, akan berdampak pada Lulu.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Provinsi Aceh, Cut Aja Muzita, mengaku sudah berkomunikasi dengan pemerintah Kabupaten Simeulue. Hasil komunikasi itu, kata Muzita, ditemukan bahwa keluarga Rusdiani tidak terdata dalam progran keluarga harapan dan penyaluran bantuan non-tunai.
“Tidak ada dalam bantuan tersebut kemungkinan kuotanya penuh jadi keluarga ini tidak masuk dalam bantuan tersebut. Akan tetapi untuk selanjutnya kita akan berkoordinasi ke pihak dinas sosial setempat bagaimana penanganan selanjutnya, apakah bisa ditangani sendiri atau butuh bantuan provinsi,” ungkapnya.
Muzita juga mengatakan permasalahan ini seharusnya bisa diatasi oleh pemerintah Kabupaten Simeulue. "Kita tidak membiarkan hal ini, sedih ketika ada masyarakat yang mengeluh," ujar dia.
baca sumbernya
The Undeniable Truth About Car Accident Kills Woman That No One Is Telling You
Ideas, Formulas and Shortcuts for Car Accident Kills Woman
In the event you wanted an crash, you'd be considered a good notion to avoid them of unwanted traveling for a couple weeks. Nobody in the incident died. Regardless of a security driver being inside the car it happened. There are plenty of all-too-real horrible accidents credited to the Wandering female. One special accident together 32 resulted in one vehicle accident in a Plattekill woman's departure. There is not any possibility of a heart attack in that second When there had not been any automobile crash. Until your mind is wired wrong nobody would like to perish in a auto crash and in case you perish in a crash afterward you don't have to get concerned in everything you might need if you survived to fret about.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Gadis di Pelosok Aceh Merawat Ibunya yang Lumpuh"
Posting Komentar